Samarinda – Praktisi Humas (hubungan masyarakat/Public Relation) dan jurnalis sama-sama dituntut memiliki keterampilan yang sama, khususnya keterampilan menulis (writing skills).
Salah satu tugas peran humas adalah produksi informasi dan publikasi. Kemasan informasi antara lain berupa karya jurnalistik (berita, artikel, feature).
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kaltim Muhammad Faisal menjelaskan dalam sebuah penulisan jurnalistik terutama diteras berita harus bisa menggambarkan keseluruhan dari isi berita didalamnya.
“Head itu jangan panjang-panjang. Singkat simple, tapi bisa menggambarkan isi berita,” jelas Mantan Kabag Humas Pemkot Samarinda tersebut saat menjadi narasumber dasar -dasar Jurnalistik di Gedung Pramuka ruang Kwarda, Kamis (15/12/2022).
Selain itu, terkait publikasi informasi dilakukan melalui pengiriman press release dan/atau mempublikasikannya dimedia internal lembaga. Menjadi seorang praktisi Humas juga harus menjunjung tinggi etika profesi Humas (Publik Relation) serta memperhatikan kode etik jurnalistik.
Dijelaskan lagi, selain dasar Jurnalistik, mengenai Kehumasan Faisal mengingatkan kepada kader-kader peserta yang mengikuti pelatihan tersebut agar menjadi seorang Humas agar teliti dan cermat dan jangan cepat memutuskan sesuatu.
Seorang Humas juga tidak boleh terjebak hanya karena sebuah penampilan dan jangan menganggap remeh performa seseorang.
“Jika berbicara, jangan sekali-sekali merendahkan dan meremehkan orang lain.
Kalau tidak itu akan berbalik kepada kita. Kita yang kalah nanti,”pesan Faisal yang juga Wakil Ketua Bidang Kehumasan dan Informatika Kwarda Pramuka Kaltim.
Mengutip dari pidato Presiden RI Joko Widodo, Faisal menuturkan bahwa
Jurnalisme tidak sekadar fakta tetapi juga memperhitungkan dampak. Tidak saja good journalism, tapi juga wise journalism atau Jurnalisme yang bijak.
Apalagi, tambahnya menghadapi kemajuan digital yang sangat pesat, dengan munculnya aktifitas jurnalistik yang dilakukan oleh masyarakat umum yang bukan wartawan atau yang biasa di kenal dengan sebutan Cityzen Journalism.
Selain itu, dirinya juga menerangkan istilah aktual dan faktual yang identik dengan berita atau peristiwa yang terjadi ditengah masyarakat. Dirinya menjelaskan bahwa sebuah berita itu harus
Aktual dan Faktual.
Aktual dalam hal ini pahami sebagai peristiwa yang betul-betul terjadi dan masih baru. Sementara, faktual artinya merupakan kata sifat yang bermakna berdasarkan kenyataan atau mengandung kebenaran.
“Berita itu harus fakta (Faktual) benar terjadi. Aktual, terbaru terkini,” tegasnya.
Kemudian, berita adalah laporan peristiwa. Namun, tidak semua peristiwa layak dilaporkan (diberitakan) harus ada value (nilai) berita.
Sedangkan, untuk menyampaikan sebuah informasi berita kita membutuhkan alat (tools) sarana untuk menyampaikan informasi yang biasa saya berikan kepada seluruh penduduk Kaltim, alat itu disebut media massa.
“Media massa dibagi 4 media cetak media elektronik media sosial media outdoor (spanduk, baliho, billboard),”
Dalam kesempatan tersebut, Faisal juga memaparkan Jurnalistik bisa ditinjau dari 3 aspek proses, teknik dan keilmuan. Jurnalistik harus memberikan berita yang baik, dengan adanya 5W+1H (what, who, where, when, why dan how) dan ada etika didalamnya yaitu etika jurnalistik.
Untuk teknik pembuatan berita, 5W+1H juga menggunakan pola segitiga terbalik atau yang dikenal piramida terbalik.
“Head nya harus sempurna kepala berita harus seperti cerita. itu yang disebut piramida terbalik,” urainya
Faisal juga menyampaikan kepada peserta pelatihan, tantangan kedepan sebagai humas adalah digitalisasi.
“Humas cukup informasi. Itulah bekal kita bekerja harus digitalisasi,”pesannya lagi.